KisahSuami Istri yang Pandai Bersyukur dan Sabar Senin, 27 Agustus 2018 | 12:00 WIB Suami : "Karena aku orang yang selalu bersyukur memiliki istri secantik dirimu, Dek." Istri : "Ah kamu salah, Mas. Kalau urusan surga aku lebih dulu, Mas," sanggah sang istri. Beda Hak Orang Kaya dan Miskin atas Daging Kurban. Haji, Umrah, dan Kurban
Ibrahim bercerita: Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas kuperhatikan kemah tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yg duduk di atas tanah dengan sangat tenang Ternyata orang ini kedua tangannya buntung matanya buta dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat bibirnya komat
Foto dok. pribadi Yuni. Wolipop sudah menghubungi Yuni Yanti Suherman yang viral karena mendapat uang belanja dari suaminya Rp 30 ribu seminggu. Wanita yang tinggal di Haurgeulis, Indramayu, Jawa Barat itu menceritakan kisah di balik video TikToknya. Ia mengaku ingin memberikan contoh kepada istri yang lainnya agar merasa bersyukur.
Kisahmelancarkan rejeki ini saya dapat tanpa sengaja. Beberapa tahun yang lalu, tepatnya sekitar tahun 1994-an saat saya berangkat kuliah, saya bertemu dengan orang yang memberikan wejangan ini. Dengan selalu bersyukur, bahkan saat terkena musibah sekalipun, kenikmatan yang akan kita terima akan ditambah oleh Allah. Menurut orang yang
Berikutadalah 8 kisah Nabi dengan pelajaran berharga tak terbatas yang dapat dipelajari siapa pun : 1. Nabi Adam (AS) - Selalu bersyukur dan bersyukur kepada Allah. Narasi penciptaan Adam (AS) mengandung di dalamnya takeaways penting bagi kita untuk merenungkan.
poster tentang dampak siklus air bagi kehidupan. - Baru-baru ini viral di media sosial twitter, video yang di unggah AZ pemilik akun _AZ69 pada Sabtu, 18/4/2020. Dalam video yang berdurasi 32 detik itu terlihat seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun sedang mendorong ayahnya dari kursi roda di pinggir jalan, diketahui sang ayah mengalami disabilitas. Jalanan itu pun terlihat sepi di sekitar KL, Malaysia. Awalnya, video dimulai dengan menunjukkan seorang pria mengemudi di jalan dengan dua temannya. Mereka memberi makan orang-orang yang membutuhkan di pinggir jalan. Ketika pengemudi melihat seorang anak lelaki mendorong seorang pria yang lebih tua di kursi roda, dia melambat dan bertanya apakah lelaki itu ingin makan, dan dia menjawab ya. Tim kemudian turun dari mobil dan memberi mereka dua botol air dengan dua bungkus beras. Bocah lelaki kurus bertanya kepada ayahnya apakah itu cukup atau tidak dan ayahnya berkata, "Ya, sudah cukup. Kita harus meninggalkan beberapa untuk yang lain karena masih banyak orang yang belum mendapatkannya," ujar pria yang mengalami disabilitas fisik. Bocah lelaki itu tampak menggaruk kepalanya karena malu dan mengambil posisi di belakang kursi roda ayahnya dan kemudian dia terus mendorongnya ke tempat tujuan. • Menurut Survei, Israel Posisi 1 dari Daftar 40 Negara Teraman di Dunia saat Pandemi Corona • Dituduh Sebabkan Malapetaka Global, Jerman Tuntut China Ganti Rugi Triliun Atas Kasus Corona • Tarhib Ramadhan di Tengah Pandemi Corona, Dari Gotong Royong Hingga Bagi Sembako dan Ikan Segar Menurut tweet yang diunggah AZ, dikatakan bahwa kaki pria itu telah patah sekitar 10 tahun yang lalu, dan sekarang batang logam yang pernah menggantikan tulangnya juga patah. Satu-satunya hal yang membantu pria itu adalah kursi roda dan seorang putranya. Dilansir dari World Of Buzz, bahwa AZ telah mendatangi kediaman lelaki disabilitas tersebut. Ternyata, rumahnya berada di deretan beberapa toko dan hanya terdapat satu buah kasur.
3 Cerita Motivasi Hidup untuk Selalu Bersyukur Banyak yang bilang bahwa kita harus selalu bersyukur setiap waktu. Namun, kenyataannya terkadang kita tidak mensyukuri segala hal yang dimiliki dan cenderung menyalahkan hidup. Beberapa cerita motivasi hidup berikut ini akan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur dalam keadaan apa pun. Cerita Motivasi Hidup Seorang DifabelMaya lahir sebagai seorang yang difabel. Ia harus menggunakan kursi roda karena kedua kakinya cacat sejak lahir. Namun, semangat hidupnya tak pernah padam. Ia bahkan mampu menjalankan usaha florist yang cukup sukses di Jakarta. Seseorang pernah bertanya kepadanya, “Apakah kamu tidak merasa malu atau kesal dengan keadaanmu sekarang?” Maya tidak marah mendengar pertanyaan tersebut. Ia malah menjawab sambil tersenyum, “Hidupku berharga di mata Tuhan. Bunga Bakung di taman saja diberi keindahan oleh-Nya, tentu saja Tuhan lebih mengasihiku dibanding Bunga Bakung tersebut, bukan? Jika Tuhan saja mengasihiku, bagaimana bisa aku tidak mengasihi diriku sendiri?” Cerita Motivasi Hidup Seorang Istri SetiaCerita motivasi hidup ini datang dari seorang istri cantik yang solehah, Dara. Di usianya yang sudah kepala 3, ia tetap nampak seperti gadis berusia 20-an. Jika ingin mencari suami yang lebih kaya, ia pasti bisa. Saat suaminya pergi merantau ke luar pulau untuk mencari nafkah, Dara tetap setia. Hidupnya bukan tanpa godaan. Para pejabat kaya di kampung banyak yang merayunya. Bahkan, ada yang tak segan menawarinya untuk jadi istri simpanan dengan jaminan kebutuhan lahir batinnya akan terpenuhi. Ibunya pun pernah bertanya, “Ra, mumpung masih muda, apa kau tidak ingin cerai dan menikah lagi dengan pria yang lebih mapan?” Dara menjawab, “Pria mapan dan kaya banyak, Bu. Tapi pria yang bisa menjadi imam yang baik, setia, dan cinta keluarga seperti Mas Pras itu tak banyak. Aku bersyukur bisa dicintai dan mencintai Mas Pras, Bu.” Cerita Motivasi Hidup Seorang Ibu“Bu, wajarkah jika aku ingin seperti teman-temanku? Punya uang banyak, naik mobil ke mana-mana, dan bisa berlibur ke luar negeri setiap tahun.” kata Atik pada suatu sore. Ibunya terperangah mendengar pertanyaan polos putrinya. “Wajar saja, Tik. Tapi coba kamu lihat langit itu. Apakah indah?” tanya ibu sambil menunjuk langit sore yang nampak indah dengan gradasi warna jingga dan merah. “Tentu saja indah, Bu,” jawab Atik. “Nah, jika Atik memandang terus ke langit untuk mengaguminya, Atik pasti tidak tahu bahwa di depan ada jalanan yang berlubang. Karena terus melihat ke atas, Atik bisa jatuh terjerembab ke lubang itu.” Atik bertanya, “Maksudnya apa, Bu?” “Langit memang indah, tapi Atik tetap harus berjalan sambil melihat ke bawah untuk menghindari lubang dan lumpur di jalan. Sama dengan kehidupan, jika kita terus melihat orang-orang yang lebih beruntung dari kita, maka kita bisa jatuh terjerembab. Oleh karena itu, berjalanlah sambil melihat ke bawah karena di bawah kita masih banyak orang yang tidak lebih beruntung dari kita.” Kehidupan memang sering kali membuat kita lupa atau tidak sempat untuk bersyukur. Bersyukurlah atas segala yang kita miliki hingga saat ini. Baik itu adalah kehidupan, raga, keluarga, harta, dan hal lainnya yang ada pada diri kita. Semoga cerita motivasi hidup di atas dapat mengajari kita untuk tak henti bersyukur.
Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla] Indonesia – Indonesian – [ إندونيسيTim Majalah As-SunnahEditor Eko Haryanto Abu Ziyad2013 - 1435أبو قلابة درس في الصبر والشكر باللغة الإندونيسية »فريق مجلة السنةمراجعة أبو زياد إيكو هاريانتو2013 - 1435Abu Qilabah, Mengajarkan Sabar Dan Syukur Kepada Allah Shubhanahu wa ta’allaSegala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam beserta keluarga dan seluruh yang sering mengamati isnad hadits, nama Abu Qilabah tidaklah asing, karena sering disebutkan dalam isnad-isnad hadits. Terutama, karena ia seorang perawi yang meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik. Sahabat ini merupakan salah seorang dari tujuh sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam. Oleh karena itu, nama Abu Qilabah sering disebut secara berulang-ulang, seiring diulangnya nama Anas bin Malik. Ibnu Hibban di dalam ats-Tsiqot menyebutkan kisah menakjubkan tentangnya, yang menunjukan kekuatan keimanan Abu Qibalah kepada Allah Shubhanahu wa ta’ bernama 'Abdullah bin Zaid al Jarmi, salah seorang dari para ahli ibadah dan ahli zuhud yang berasal dari al Bashroh. Beliau meriwayatkan hadits dari sahabat Anas bin Malik dan sahabat Malik bin al Huwairits Radhiyallahu anhuma. Beliau wafat di Negeri Syam pada tahun 104 Hijriah, yaitu pada masa kekuasaan Yazid bin 'Abdil-Malik.'Abdullah bin Muhammad berkata Aku keluar menuju tepi pantai untuk memantau kawasan pantai dari kedatangan musuh. Tatkala tiba di tepi pantai, tiba-tiba aku telah berada di sebuah dataran lapang di suatu tempat di tepi pantai. Di dataran tersebut ada sebuah kemah, yang di dalamnya terdapat seseorang yang telah buntung kedua tangan dan kedua kakinya. Pendengarannya telah lemah dan matanya telah rabun. Tidak satu anggota tubuhnyapun yang bermanfaat baginya, kecuali lisannya. Orang itu berkata, "Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan."'Abdullah bin Muhammad berkata,"Demi Allah, aku akan mendatangi orang ini, dan aku akan bertanya kepadanya bagaimana ia bisa mengucapkan perkataan ini. Apakah ia memahami dan mengetahui yang diucapkannya itu? Ataukah ucapannya itu ilham yang diberikan kepadanya?" Akupun mendatangi, lalu mengucapkan salam kepadanya. Kukatakan kepadanya "Aku mendengar engkau berkata 'Ya, Allah. Tunjukilah aku agar aku bisa memuji -Mu, sehingga aku bisa menunaikan rasa syukurku atas kenikmatan-kenikmatan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku, dan Engkau sungguh telah melebihkan aku di atas kebanyakan makhluk yang telah Engkau ciptakan'. Nikmat manakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau memuji -Nya atas nikmat tersebut? Kelebihan apakah yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan kepadamu, sehingga engkau menysukurinya?" Orang itu menjawab Tidakkah engkau melihat yang telah dilakukan Robbku kepadaku? Demi Allah, seandainya Ia mengirim halilintar kepadaku sehingga membakar tubuhku, atau memerintahkan gunung-gunung untuk menindihku sehingga menghancurkan tubuhku, atau memerintahkan laut untuk menenggelamkan aku, atau memerintahkan bumi untuk menelan tubuhku, maka tidaklah semua itu, kecuali semakin membuat aku bersyukur kepada -Nya, karena Ia telah memberikan kenikmatan kepadaku berupa lidahku wahai hamba Allah Shubhanahu wa ta’ala. Engkau telah mendatangiku, maka aku perlu bantuanmu. Engkau telah melihat keadaanku. Aku tidak mampu untuk membantu diriku sendiri atau mencegah diriku dari gangguan. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku memiliki seorang anak yang selalu melayaniku. Saat tiba waktu sholat, ia mewudhukan aku. Jika aku lapar, ia menyuapiku. Jika aku haus, ia memberi aku minum. Namun sudah tiga hari ini aku kehilangan dirinya, maka tolonglah engkau mencari kabar tentangnya. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati engkau. Aku berkata,"Demi Allah, tidaklah seseorang berjalan menunaikan keperluan seorang saudaranya, dan ia memperoleh pahala yang sangat besar di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla, lantas pahalanya lebih besar dari seseorang yang berjalan untuk menunaikan keperluan dan kebutuhan orang yang seperti engkau," maka akupun berjalan mencari anak orang tersebut, hingga tidak jauh dari tempat itu, aku sampai di suatu gudukan pasir. Tiba-tiba aku mendapati anak orang tersebut telah diterkam dan dimakan binatang buas. Akupun mengucapkan inna lillah wa inna ilaihi roji'un. Aku berkata,"Bagaimana aku mengabarkan kejadian ini kepada orang tersebut?"Tatkala aku tengah kembali menuju orang tersebut, maka terlintas di benakku kisah Nabi Ayyub Alaihissallam. Begitu aku menemui orang tersebut, maka akupun mengucapkan salam kepadanya. Dia menjawab salamku dan bertanya,"Bukankah engkau orang yang tadi menemuiku?" Aku menjawab,"Benar."Ia bertanya,"Bagaimana dengan permintaanku kepadamu untuk membantuku?" Akupun berkata kepadanya,"Engkau lebih mulia di sisi Allah Shubhanahu wa ta’alla ataukah Nabi Ayyub Alaihissallam ?"Ia menjawab,"Tentu Nabi Ayyub Alaihissallam."Aku bertanya,"Tahukah engkau cobaan yang telah diberikan Allah Shubhanahu wa ta’alla kepada Nabi Ayyub? Bukankah -Dia telah mengujinya dengan hartanya, keluarganya, serta anaknya?"Orang itu menjawab,"Tentu aku tahu."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub dengan cobaan tersebut?"Ia menjawab,"Nabi Ayyub bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, bahkan ia dijauhi oleh karib kerabatnya dan sahabat-sahabatnya." Ia menimpali,"Benar."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikapnya?" Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla."Aku berkata,"Tidak hanya itu, Allah Shubhanahu wa ta’alla menjadikan ia menjadi bahan ejekan dan gunjingan orang-orang yang lewat di jalan, tahukah engkau tentang hal itu?" Ia menjawab,"Iya."Aku bertanya,"Bagaimanakah sikap Nabi Ayyub?"Ia menjawab,"Ia bersabar, bersyukur, dan memuji Allah Shubhanahu wa ta’alla. Langsung saja jelaskan maksudmu. Semoga -Dia merahmatimu."Aku pun berkata,"Sesungguhnya putramu telah aku temukan di antara gundukan pasir dalam keadaan telah diterkam dan dimakan binatang buas. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla melipatgandakan pahala bagimu dan menyabarkan engkau." Orang itu berkata,"Segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak menciptakan bagiku keturunan yang bermaksiat kepada -Nya, lalu Ia menyiksanya dengan api neraka," kemudian ia berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un," lalu ia menarik nafas yang panjang, kemudian meninggal dunia. Aku berkata,"Inna lillah wa inna ilaihi roji'un."Besar musibahku, orang seperti ini, jika aku biarkan begitu saja, maka akan dimakan binatang buas. Dan jika aku hanya duduk, maka aku tidak bisa melakukan apa-apa [1] .Lalu akupun menyelimutinya dengan kain yang ada di tubuhnya, dan aku duduk di dekat kepalanya sambil menangis. Tiba-tiba datang kepadaku empat orang dan berkata kepadaku "Wahai 'Abdullah. Ada apa denganmu? Apa yang telah terjadi?" Akupun menceritakan kepada mereka yang telah aku alami. Lalu mereka berkata,"Bukalah wajah orang itu, siapa tahu kami mengenalnya!" Akupun membuka wajahnya, lalu merekapun bersungkur mencium keningnya, mencium kedua tangannya, lalu mereka berkata "Demi Allah, matanya selalu tunduk dari melihat hal-hal yang diharamkan –Nya. Demi Allah, tubuhnya selalu sujud tatkala orang-orang dalam keadaan tidur".Aku bertanya kepada mereka "Siapakah orang ini. Semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla merahmati kalian?" Mereka menjawab,"Abu Qilabah al Jarmi sahabat Ibnu 'Abbas. Dia sangat cinta kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla dan Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa sallam," lalu kamipun memandikan dan mengafaninya dengan pakaian yang kami pakai, lalu kami menyolati dan usai merekapun berpaling pulang, dan akupun pergi menuju pos penjagaanku di daerah perbatasan. Tatkala malam hari tiba, akupun tidur. Aku melihat di dalam mimpi, ia berada di taman surga dalam keadaan memakai dua lembar kain dari kain surga sambil membaca firman Allah Shubhanahu wa ta’allaقال الله تعالى ﴿ سَلَٰمٌ عَلَيۡكُم بِمَا صَبَرۡتُمۡۚ فَنِعۡمَ عُقۡبَى ٱلدَّارِ ٢٤ ﴾ [الرعد 24]"Salamun 'alaikum bima shabartum" [keselamatan bagi kalian dengan masuk ke dalam surga karena kesabaran kalian], maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. [ar-Ra'd/1324].Aku bertanya kepadanya,"Bukankah engkau adalah orang yang aku temui?"Ia menjawab,"Benar."Aku berkata,"Bagaimana engkau bisa memperoleh ini semua?" Ia menjawab,"Sesungguhnya Allah Shubhanahu wa ta’alla menyediakan derajat-derajat kemuliaan yang tinggi, yang tidak bisa diperoleh, kecuali dengan sikap sabar tatkala ditimpa bencana, dan rasa syukur tatkala dalam keadaan lapang, dan tenteram bersama dengan rasa takut kepada -Nya, baik dalam keadaan sendirian maupun dalam keadaan di depan khalayak ramai."Diterjemahkan oleh Abu Abdil-Muhsin, dari Kitab ats-Tsiqot, karya Ibnu Hibban. Tahqiq as-Sayyid Syarofuddin Ahmad, Penerbit Darul Fikr, Jilid 5 halaman 2-5 [Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016] _______ Footnote [1] Hal ini, karena biasanya daerah perbatasan jauh dari keramaian manusia. Dan kemungkinan 'Abdullah tidak membawa peralatan untuk menguburkan orang tersebut. Sehingga, jika ia hendak pergi mencari alat untuk menguburkan orang tersebut, maka bisa saja datang binatang buas memakannya. Wallahu a'lam.
Ada kisah tiga orang dari Bani Israil, ketiganya diberi ujian harta oleh Allah. Ketiganya sama-sama sukses, namun dua orang enggan bersyukur dan menganggap nikmat adalah karena hasil usahanya. Sedangkan satunya lagi benar-benar hamba yang pandai bersyukur dan ia pun menyandarkan nikmat pada Allah. Kisah Tiga Orang Bani Israil Berpenyakit Kulit, Kebotakan dan Buta Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ ثَلاَثَةً مِنْ بَنِي إِسْرَائِيْلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى، فَأَرَادَ اللهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، “Sesungguhnya ada tiga orang dari Bani Israil, yaitu penderita penyakit kulit[1], punya penyakit kebotakan sebagian rambut kepalanya botak, -pen dan orang buta. Kemudian Allah Ta’ala ingin menguji mereka bertiga, maka diutuslah kepada mereka seorang malaikat. فَأَتَى اْلأَبْرَصَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ، وَجِلْدٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسَ بِهِ، قَالَ فَمَسَحَهُ، فَذَهَبْ عَنْهُ قَذَرُهُ، فَأُعْطِيَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا، قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ اْلإِبِلُ أَوِ الْبَقَرُ – شّكٌّ إِسْحَاقُ – فَأُعْطِيَ نَاقَة عُشْرَاءَ، فَقَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. Maka datanglah malaikat itu kepada orang pertama yang menderita penyakit kulit dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rupa yang bagus, kulit yang indah, dan penyakit yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah orang tersebut, dan hilanglah penyakit itu, serta diberilah ia rupa yang bagus, kulit yang indah. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya, “Lalu kekayaan apa yang paling kamu senangi?” Ia menjawab, “Unta atau sapi.” Maka diberilah ia seekor unta yang sedang bunting, dan ia pun didoakan, “Semoga Allah melimpahkan berkah-Nya kepadamu dengan unta ini.” قَالَ فَأَتَى اْلأَقْرَعَ، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ شَعْرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّي الَّذِي قَدْ قَذِرَنِي النَّاسُ بِهِ، فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ عَنْهُ قَذَرُهُ، وَأُعْطِيَ شَعْرًا حَسَنًا، فَقَالَ أَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ الْبَقَرُ أَوِ اْلإِبِلُ، فَأُعْطِيَ بَقَرَةً حَامِلاً، قَالَ بَارَكَ اللهُ لَكَ فِيْهَا. Kemudian Malaikat tadi mendatangi orang yang punya penyakit kebotakan, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Rambut yang indah, dan apa yang menjijikkan banyak orang ini hilang dari diriku”. Maka diusaplah kepalanya, dan seketika itu hilanglah penyakitnya, serta diberilah ia rambut yang indah. Malaikat tadi bertanya lagi kepadanya, “Harta apakah yang kamu senangi?” Ia menjawab, “Sapi atau unta.” Maka diberilah ia seekor sapi yang sedang bunting dan didoakan, “Semoga Allah memberkahimu dengan sapi ini.” فَأَتَى اْلأَعْمَى، فَقَالَ أَيُّ شَيْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ أَنْ يُرِدِ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي فَأَبْصَرَ بِهِ النَّاسَ، فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ، قَالَ فَأَيُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟، قَالَ الْغَنَمَ، فَأُعْطِيَ شَاةً وَالِدًا. Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang buta, dan bertanya kepadanya, “Apakah sesuatu yang paling kamu inginkan?” Ia menjawab, “Semoga Allah berkenan mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang.” Maka diusaplah wajahnya, dan seketika itu dikembalikan oleh Allah penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi kepadanya “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Ia menjawab “Kambing.” Maka diberilah ia seekor kambing yang sedang bunting. فَأُنْتِجَ هَذَانِ وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنَ اْلإِبِلِ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْبَقَر، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَمِ. Lalu berkembangbiaklah unta, sapi dan kambing tersebut, sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing. Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata selanjutnya, ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى اْلأَبْرَصَ فِي صُوْرَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، قَالَ رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالُ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحُسْنَ وَالْجِلْدَ الْحُسْنَ وَالْمَالَ، بَعِيْرًا أَتَبَلَّغُ بِهِ فِي سَفَرِي، فَقَالَ الْحُقُوْقُ كَثِيْرَةٌ، فَقَالَ لَهُ كَأَنِّي أَعْرَفْكَ! أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ، فَقِيْرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ الْمَالَ؟، فَقَالَ إِنَّمَا وَرَثْتُ هَذَا الْمَالَ كَابِرًا عَنْ كَابِرٍ، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كاَذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. “Kemudian, datanglah Malaikat itu kepada orang yang sebelumnya menderita penyakit kulit, dengan menyerupai dirinya yakni di saat ia masih dalam keadaan berpenyakit kulit, -pen, dan berkata kepadanya, “Aku seorang miskin, telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku ini, sehingga tidak akan dapat meneruskan perjalananku hari ini kecuali dengan pertolongan Allah, kemudian dengan pertolongan anda. Demi Allah yang telah memberi anda rupa yang tampan, kulit yang indah, dan kekayaan ini, aku minta kepada anda satu ekor unta saja untuk bekal meneruskan perjalananku.” Tetapi dijawab, “Hak-hak tanggunganku masih banyak.” Malaikat tadi berkata kepadanya, “Sepertinya aku pernah mengenal Anda, bukankah Anda ini dulu orang yang menderita penyakit kulit, yang orang-orang pun jijik melihat anda, lagi pula anda miskin, kemudian Allah memberikan kepada anda harta kekayaan?” Dia malah menjawab, “Harta kekayaan ini aku warisi turun-temurun dari nenek moyangku yang mulia lagi terhormat.” Maka malaikat tadi berkata kepadanya, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda kepada keadaan Anda semula.” قَالَ وَأَتَى اْلأَقْرَعَ فِي صُوْرَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، وَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا، فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya berpenyakit kebotakan, dengan menyerupai dirinya di saat masih berpenyakit itu, dan berkata kepadanya sebagaimana ia berkata kepada orang yang pernah menderita penyakit kulit, serta ditolaknya sebagaimana ia telah ditolak oleh orang yang pertama. Maka malaikat itu berkata, “Jika Anda berkata dusta niscaya Allah akan mengembalikan Anda seperti keadaan semula.” قَالَ وَأَتَى اْلأَعْمَى فِي صُوْرَتِهِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِيْنٌ وَابْنُ سَبِيْلٍ قَدِ انْقَطَعَتْ بِيَ الْحِبَالِ فِي سَفَرِي، فَلاَ بَلاَغَ لِيَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِي رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِي سَفَرِي، فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللهُ إِلَيَّ بَصَرِي، فَخَذَ مَا شِئْتَ، وَدَعْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَيْءٍ أَخَذْتَهُ للهُ، فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيْتُمْ، فَقَدْ رَضِيَ اللهُ عَنْكَ وَسَخَطُ عَلَى صَاحِبَيْكَ Kemudian malaikat tadi mendatangi orang yang sebelumnya buta, dengan menyerupai keadaannya dulu di saat ia masih buta, dan berkata kepadanya, “Aku adalah orang yang miskin, kehabisan bekal dalam perjalanan, dan telah terputus segala jalan bagiku untuk mencari rizki dalam perjalananku ini, sehingga aku tidak dapat lagi meneruskan perjalananku hari ini, kecuali dengan pertolongan Allah kemudian pertolongan Anda. Demi Allah yang telah mengembalikan penglihatan Anda, aku minta seekor kambing saja untuk bekal melanjutkan perjalananku.” Maka orang itu menjawab, “Sungguh aku dulunya buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah apa yang Anda sukai, dan tinggalkan apa yang tidak Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.” Maka malaikat tadi berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanya diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda.” HR. Bukhari no. 3464 dan Muslim no. 2964. Tanda Tidak Syukur Mengatakan Nikmat adalah Karena Memang Pantas Ia Dapat Allah Ta’ala berfirman, وَلَئِنْ أَذَقْنَاهُ رَحْمَةً مِنَّا مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُ لَيَقُولَنَّ هَذَا لِي وَمَا أَظُنُّ السَّاعَةَ قَائِمَةً وَلَئِنْ رُجِعْتُ إِلَى رَبِّي إِنَّ لِي عِنْدَهُ لَلْحُسْنَى فَلَنُنَبِّئَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِمَا عَمِلُوا وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنْ عَذَابٍ غَلِيظٍ “Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata “Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan pada sisiNya.” Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. ” QS. Fusshilat 50 قال مجاهد هذا بعملي ، وأنا محقوق به . وقال ابن عباس يريد من عندي . وقوله { قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي } [ القصص 78 ] . قال قتادة على علم مني بوجوه المكاسب . وقال آخرون على علم من الله أني له أهل ، وهذا معنى قول مجاهد أوتيته على شرف . Mujahid mengatakan bahwa orang yang mendapatkan rahmat tersebut mengatakan, “Ini adalah karena ilmuku. Akulah yang berhak mendapatkannya.” Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang tersebut mengatakan, “Ini karena hasil jerih payahku.” Atau ia berkata sebagaimana yang dikatakan Karun, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” QS. Al Qoshosh 78 Qotadah berkata, “Rahmat ini kuperoleh karena ilmu dan jerih payahku.” Sebagian ulama yang lain mengatakan bahwa ini adalah ilmu dari Allah namun kuperoleh karena memang aku pantas mendapatkannya. Ini semakna dengan perkata Mujahid, ia diberi karena kemuliaan dirinya. Dinukil dari Kitab Tauhid karya Syaikh Muhammad At Tamimi Pelajaran dari Kisah Hadits di atas menunjukkan bahwa di antara tanda kurangnya iman dan tauhid yaitu jika seseorang mengganggap bahwa nikmat dan rezeki didapat karena hasil kerja kerasnya atau Allah memang pantas memberi padanya. Seharusnya seorang mukmin mengakui nikmat Allah secara lahir dan batin, lalu ia memuji Allah atas nikmat tersebut. Nikmat tersebut hendaklah disandarkan pada Allah, juga nikmat tersebut dimanfaatkan untuk ketaatan. Sekaligus hal ini mengajarkan pada kita untuk tidak terlalu berbangga diri dan takjub. Dinukil dari Al Qoulus Sadid karya Syaikh As Sa’di. Moga orang yang berakal bisa mengambil pelajaran. Hanya Allah yang memberi taufik. — Akhukum fillah, Muhammad Abduh Tuasikal Diselesaikan di Taman Mini Indonesia Indah saat Expo Komunitas Pengusaha Muslim 2013, 25 Muharram 1435 H, 07 51 PM. Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter RumayshoCom — Bagi yang berminat dengan buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, yaitu Buku Panduan Amal Shalih di Musim Hujan harga dan Buku Mengikuti Ajaran Nabi Bukanlah Teroris -edisi revisi dan cetakan kedua- harga silakan pesan via sms atau WA ke nomor 0852 00 17 1222 atau via PIN BB 2AF1727A. Pesan segera! [1] Dalam Al Mu’jam Al Wasith disebutkan yang dimaksud barosh absrosh adalah, بياض يقع في الجسد لعلة “Putih belang-belang di badan karena penyakit.”
Rasa Syukur Abu Qilabah Di Tengah Segala Cobaan Hidup © Instagram/Rumahzakat Kemudian aku pun menemuinya, dan berkata kepada orang itu, “ Wahai saudaraku, nikmat Allah mana yang engkau syukuri?” Kemudian laki-laki pemilik kemah itu menjawab, “ Wahai saudara, diamlah. Demi Allah, seandainya Allah datangkan lautan, niscaya laut tersebut akan menenggelamkanku atau gunung api yang pasti aku akan terbakar atau dijatuhkan langit kepadaku yang pasti akan meremukkanku. Aku tidak akan mengatakan apapun kecuali rasa syukur.” Aku kembali bertanya, “ Bersyukur atas apa?” “ Aku seorang yang sakit… semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal, ”jawabnya. “ Namun kudengar kau mengulang-ulang perkataan “ Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia… Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu, sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara?” ucapku. “ Engkau telah melihat sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia. Bukankah Allah memberiku akal sehat, yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir?” “ Bukankah Allah memberiku pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” “ Bukankah Allah memberiku lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” “ Bukankah Allah telah menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya… mengharap pahala dari-Nya… dan bersabar atas musibahku?” Tanyanya. Ia terus menyebut kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu. Dan aku semakin takjub dengan kekuatan iman yang dimilikinya.
kisah orang yang selalu bersyukur